Thursday, January 24, 2008

KALO POLISI TIDUR DAH GAK MEMPAN


Warga di negeri ini, mungkin udah bete dengan yang namanya ngebut di seputar kompleks rumah. Karena enggak siang, enggak malem, seenaknya aja motoris-motoris yang gak kenal tepo selero ini membesut motornya. Apalagi kalo motornya udah dituneing ala balap. Sengaja ngaja ngegeber grip gas. Huh.. rasa-rasanya pengen nyolek pake belati aja, kan?
Ups.. tenang, jangan mati akal. Kalo polisi tidur udah enggak mempan, kayaknya trik bule-bule bisa di tiru nih. Mereka membuat stiker tiga dimensi bergambar jalan rusak. Kalo dari jauh, jalan seolah-olah ancur. Otomatis mereka akan ngerem motornya. Padahal mah, itu tipuan. Rasanya sih, ini efektif buat mengantisipasi motor lewat yang suka seenak udelnya itu, lo.
Cuma ya itu, mungkin stiker ini berlaku buat yang jarang lewat atau enggak tahu jalan kompleks rumah Anda. Kalo sering lewat dan udah tau ditipu pakai stiker begitu, pasti balik lagi ke kelakuan yang dulu. Nah, sekarang tinggal gimana Anda dan penghuni lain pinter-pinter deh, mengatur komposis stiker jalan ancur tipuan itu.

TVS RTR 160 LAUNCHING FEBRUARI 2008


Sejak kehadirannya di Tanaha Air tahun lalu, pendatang baru; TVS, sepak terjangnya cenderung lamban kalo dibanding pesaingnya yang sama-sama dari India; Bajaj. Bisa jadi, pabrikan yang satu ini punya strategi-strategi tersendiri untuk merebut hati konsumen motor yang belakangan makin kayak konde ibu-ibu. Kusyutttt and padet, bow..
Namun tampkanya, tahun ini, TVS akan mulai melancarkan aksi-aksi serangannya. Di antaranya, setelah memantapkan penjualan bebeknya TVS Neo (di beberapa daerah pulau Jawa dan di luar Jawa), sebentar lagi akan merilis Apache RTR 160. Besutan tipe sport berkapasitas 160 cc yang akan dipasangkan menandingi kekuatan Honda Mega Pro 160.
Menurut kabar dari pihak yang bertanggung jawab di TVS, Apache akan dilaunching awal Februari ini. Kisaran harganya bersaing dengan Mega Pro atau sekitar Rp 17-18 jutaan. Maklum, biasanya produk pesaing akan memasang harga yang lebih menggiurkan. Seperti dilakukan Bajaj dalam mengobrak-abrik pasar lokal, kan?
Meski begitu fitur yang ditawarkan Apache cukup menggoda. Misal, tampilan sporty. Mulai pelek racing, cakram depan model kembang, spidometer digital dan lainnya. Sedang mesin model over squarenya; bore x stroke (62 x 52,9 mm), mampu menghasilkan tenaga maksimum 11,19 KW (15,2 dk) pada 8.500 rpm dengan torsi maksimum 13,1 Nm pada 6.000 rpm.
Motor sport India berkapasitas 160 cc ini, sempat dipamerin di ajang Jakarta Fair 2007. “Karena Neo sudah cukup dikenal, kami pun mulai yakin bisa mengenalkan tipe lain. Ya seperti Apache ini,” kata K Vijaya Kumar, director sales & marketing PT TVS Motor Company Indonesia pada penulis. “Permintaan konsumen juga cukup tinggi, saat di PRJ!”
Mampukan RTX ini menyaingi ketangguhan Mega Pro?

Mesin : 4 Stroke, 159.7 cc, Single
Max Power : 11.19 KW (15.2 bhp) @ 8500 rpm
Max Torsi : 13.1 Nm @ 6000 rpm
Bore x Stroke : 62 mm x 52.9 mm
Rasio kompresi : 9.5:1
Karburator : Mikuni BS-26
Katup : 2 katup, kem tunggal
Katup/silinder : 2 Valves
Power to weight ratio : 111.76 bhp / ton
Starter : Electric & Kick Start
Putaran mesin idle : 1.400 rpm
Pengapian : IDI-Dual mode digital ignition
Kapasitas oli : 1000 ml
Kopling : Basah, multi pelat
Gigi primer : 65/21
Gigi final : 44/13

Rangka tipe : Double Cradle
Suspensi depan : Teleskopil, langkah 105 mm
Suspensi belakang : Monotube Inverted Gas filled shox (MIG) dengan pegas
Sudut kemudi : 25.5°
Rem depan : 270 mm Petal Disc
Rem belakang : 130 mm teromol
Pelek depan-belakang : TVS 1.85 x 17” dan 2.15 x 18”
Ban depan belakang : TVS 90/90 x 17” dan 100/80 x 18”
Kapasitas tengki : 16.0 liter (2 liter cadangan)
Panjang : 2.020 mm
Lebar : 730 mm
Tinggi : 1.050 mm
Sumbu roda : 1.300 mm
Tinggi jok : 790 mm
Ground clearance : 180 mm
Berat : 136 kg
Akselerasi : 0-60 km/jam 4.80 detik
0-100 km/jam 17.69 detik
0-100 meter 7.91 detik
0-400 meter 19.70 detik
30-80 k,/jam (gigi 4): 11.84 detik
30-80 km/jam (gigi 5): 15.68 detik
Kecepatan maksimum : 118 km/jam

BAJAJ 200 DTS-i


Kabar asyik buat motormania yang niat ganti motor sport, beli baru atau malah nambah koleksi kuda besi di rumah. Karena sekarang ada tawaran baru lagi dari PT Bajaj Auto Indonesia (BAI). Setelah sukses menjual tipe Pulsar 180 DTS-i, beberapa waktu lalu (21/1), diperkenalkan lagi untuk tipe yang 200 cc. Namanya tetap Pulsar dan pake embel-embel DTS-i.
Secara tampilan, emang so-so dengan kakaknya yang terdahulu. Hanya saja, produk yang di pasar dalam negeri bakal head to head dengan Honda Tiger 200 Revolution ini ini menawarkan beragam fitur yang lebih yahud. Selain kapasitas mesin lebih gede, dari panel indikator digitalnyua menawarkan petunjuk saringan udara. Kalo sudah mulai kotor, akan nyala.
Lainnya, pakai pendingin udara oli, ban gede dengan paduan lengan ayun oval. Sehingga mampu memantapkan manuver-manuver radikal. Harga on the roadnya juga Cuma 20 jeti. Artinya beda 3 jeti dibanding 180 cc. Posisi setang lebih rendah dikolaborasi desain tangki lebih sporty ber-air fin kayak Tiger, Pulsar 200 membuat terkesan sporty abis.
“Yup, ini memang untuk pasar anak muda. Karena dari riding posision, juga beda dibanding 180 cc,” kata K.S Grihapathy, presiden director BAI saat acara pelucuran. Apalagi, jok juga sekarang sudah model dobel, enggak seperti tipe lama yang masih menyatu. Kalo dari harga, untuk motor sport, rasanya Pulsar 200 bisa jadi pilihan buat motormania muda.
Pulsar 200 juga menawarkan empat warna pilihan; hitam, biru, merah dan silver. Dari tes yang dilakukan tabloid Otomotif, akselerasinya tercatat 4,50 detik (0-60 km/jam), 7,22 detik (0-80 km/jam), 7,49 detik (0-100 km/jam) dan 11, 54 detik (0-201 meter). Secara keseluruhan, disimpulkan tenaganya lumayan oke kok, untuk perjalanan jarak jauh. Kenapa?
Karena power Pulsar ini baru akan terasa di putaran menengah ke atas. Tenaganya enggak habis-habis, bahkan cenderung menggelegak (6 ribuan RPM). Sementara untuk putaran bawah, agak kurang responsif. Selain itu, radius putarnya terlalu pendek, sehingga agak merepotkan, apalagi buat yang baru pakai jenis sport, pakai nyelip atau belok tiba-tiba agak repot.

Data spesfikasi:
PULSAR 180 DTS-i PULSAR 200 DTS-i
Tipe mesin 4-Tak, 1 silinder, SOHC 4-Tak, 1 silinder, SOHC
Sistem pendingin Udara Udara + oil cooled
Volume silinder 178.6 cc 198,8 cc
Bore x Stroke 63,5 x 56,4 mm 67,0 x 56,4 mm
Rasio kompresi 9,5 : 1 9,5 ± 0,5 : 1
Tenaga maksimum 16,29 dk di 8.000 rpm 17,77 dk
Torsi maksimum 15.22 Nm pada 6.000 rpm 17,17 Nm
Sistem pengapian Digital CDI (mikroprosesor) Digital CDI (mikroprosesor)
Transmisi 5-speed/1-N-2-3-4-5 5-speed/1-N-2-3-4-5
Starter Kick + electric Electric
Sistem knalpot Exhaust TEC Exhaust TEC
Digital control Tidak Ya
Suspensi depan Teleskopik (135 mm) Teleskopik (130 mm)
Suspensi belakang Swing arm, sokbreker ganda Swing arm, sokbreker ganda
Sistm sok belakang NitroXShockers NitroXShockers
Rem depan Cakram hidrolik, 240 mm Cakram hidrolik, 260 mm
Belakang Tromol, 130 mm Tromol, 130 mm
Jenis pelek/ukuran Racing & jari-jari/17" Racing/17"
Ban Depan Ban dalam, 2.75x17, 41 P Tubeless, 90/90x17, 49 P
Belakang Ban dalam, 100/90-17, 55 P Tubeless, 120/80-17, 61 P
Sistem Kelistrikan 12 V (AC + DC) 12 V (AC+DC)
Aki 12 V 19Ah - Tipe MF 12 V 19Ah - Tipe MF
Dimensi P x L x T 1.990 x 750 x 1.090 mm 2.035 x 750 x 1.165 mm
Jarak sumbu roda 1.320 mm 1.350 mm
Jarak ke tanah 165 mm (minimum) 165 mm (minimum)
Berat kosong 143 kg 145 kg
Bahan bakar Bensin tanpa timbal Bensin tanpa timbal
Kapasitas tangki 15 L (3.2 L cadangan) 15 L (3.2 L cadangan)
Lampu belakang LED LED
Model jok Singel Terpisah
Harga OTR Rp 17 juta (CW) Rp 20 juta

Note: dicomot dari Otomotif edisi 38

Thursday, January 17, 2008

Monday, January 7, 2008

RP 50 Ribu Dapat Motor

Panas sinar mentari udah terasa betul-betul menyengat. Bunga melirik jam tangan karet warna merah yang didapat dari hadiah sebuah susu. Sudah jam 12:00! Gumamnya sambil mestarter sepeda motor bokapnya. Seperti biasa, murid SMP kelas 3 ini berangkat ke sekolah naik Yamaha Vega keluaran 2007 yang dibeli bapaknya dari hasil kredit. Motor ini emang ibarat angkot bagi keluarga Pak Redi, bapaknya Bunga. Artinya, enggak cuma Pak Redi yang pakai motor itu untuk transportasi ke pasar, tapi Bunga dan Kakaknya, Irul juga menggunakan motor itu. Malah, Ce Mimin Bibi mereka yang merupakan adik bapaknya ini juga memakainya.
"Hati-hati Nga. Jangan ngebut!" wanti Pak Redi siang itu, begitu Bunga berangkat ke sekolah. Jarak sekolah Bunga dengan warung Pak Redi sekitar 2 km di daerah Tanah Abang.
"Ya Pak. Salammualaikum!" balas bunga sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan Pak Redi yang masih berdiri mematung mengamati anak gadisnya berangkat menuntut ilmu.
Pak Redi dikarunia tiga anak. satu cowok, dua perempuan. Yang besar lelaki, sudah lulus dari SMA islam di daerah Tanah Abang, lalu anak keduanya Bunga dan yang terakhir Mentari, masih SD kelas 5. Pak Redi asli dari Jakarta yang menikah dengan Bu Imah yang asli dari Garut. Kehidupan mereka biasa-biasa aja, meski enggak sampai pada garis kemiskinan. Sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Pak Redi berjualan mie ayam dan es campur di jalan raya dekat pasar Tanah Abang. Sementara Bu Imah, di rumah buka warung kecil-kecilan untuk sekadar membantu keuangan dalam keluarga. Tapi syukurnya, pendapatannya itu bisa mencukupi keperluan mereka. Selain buat makan dan bayar sekolah ketiga anaknya, bisa pula mencicil kredit motor dari sebuah leasing terkenal. Makanya, enggak aneh kalo motor itu pun dipakai keroyokan dalam keluarga itu. Ya buat ke pasar, juga buat alat transportasi Bunga ke sekolah.
Tapi Entah kenapa, siang itu perasaan Pak Redi begitu khawatir melepas Bunga. Padahal, hari-hari sebelumnya enggak begitu. Kalo Bunga mau berangkat, jarang sekali mewanti atau mengingatkan agar ia lebih hati-hati di jalan. Tapi hari itu, ia tiba-tiba saja keingetan berpesan pada Bunga agar lebih hati-hati.
Ada apa, ya? Kok tumben-tumbennya gue waswas gini. Jangan-jangan bakal ada apa-apa sama tu anak! Pak Redi bergumam kembali. Pikirannya agak kacau, keingetan terus wajah anaknya. Tapi karena siang itu dia sibuk ngelayanin pembeli, lambat laun pikirannya teralihkan.
Hingga pas sore harinya, saat ia akan menutup warung, Bunga belum juga muncul. Kembali pikiran Pak REdi kalut. Jangan-jangan benar yang dikhawatirkan akan keselamatan Bunga.
"Apa mungkin dia kecelakaan?" tanya Pak Redi dalam hati. "Tapi kok, enggak ada yang ngabarin. Lagian kan jarak sekolah Bunga enggak terlalu jauh dari sini, kok!"
Enggak terasa jam sudah menunjukkan angka 6 sore. Biasanya, Bunga enggak sampai lewat dari jam 6. Perasaan Pak Redi makin dag-dig-dug. Dia pun memutuskan menyusul ke sekolah Bunga pakai ojek yang nongkrong dekat warungnya.
"Lha, emang tu anak enggak ngabarin ke ente?" tanya Bang Kohar, juru ojek yang pakai Honda Supra Fit. "ya kali, tadi sebelom berangkat dia izin mo ke rumah temen ato maen dulu."
Pak Redi menggeleng. "Mangkanya entu, aye rada khawatir neh. Karena tadi dia enggak ngomong apa-apa!"
"Ya udah, yuk naek motor aye aje. Mudah-mudahan sih enggak ada apa-apa!" ajak Bang Kohar sembari menstater motornya. Pak Redi pun setuju.
Tapi sebelum dia naik ke motor Bang Kohar, di waktu bersamaan mendadak muncul Bunga, turun dari ojek motor. Dengan langkah gontai dan muka pucat, ia menghampiri Pak Redi.
Pak Redi menyambut dengan perasaan bingung. "Eh, lu enggak knapa-napa kan, Nga?" tanya Pak Redi sambil membimbung anak gadisnya.
Bunga enggak bisa ngomong. Dia cuma geleng-geleng. Tiba-tiba airmatanya mengalir.
"Kalo gak kenapa-napa, kenapa lu nangis? Trus, motor kita mana?"
Bunga terdiam. Berjuta perasaan berkecamuk di dadanya. Sedih sekaligus takut. "Bunga gak kenapa-napa Pak. Cu-cu-cuma, motornya aja yang ilang!"
"I-L-A-N-G?" Eja Pak Redi. Matanya mendelik. "Ilang gimana, maksudlu?"
"Di-di-dibawa o-o-orang, Pak!" kata bunga. Suaranya bergetar, menahan rasa sedih dan takut.
"Gimana bisa dibawa orang? Pan tiap hari juga enggak begitu!" Pak Redi mulai murka. Emosinya muncul. "Emang lu pinjemin orang?"
"I-iya, Pak!" wajah Bunga tertuduk lesu. Ia pun lantas cerita panjang lebar. Kalo motornya sudah diambil seseorang. Tadi siang, saat di perjalanan menuju sekolah, tepatnya di Jalan Haji KH Mas Masyur ia diadang seorang pria setengah baya. Pria itu menanyakan sebuah alamat di daerah Tanah Abang juga. Karena, Bunga tahu daerah itu, dengan niat baik ia pun bersedia mengantarnya. Apalagi, si pria tadi juga mengiming-imingi imbalan uang sebesar Rp 50 ribu kalau Bunga mau mengantarnya. Bayangkan! Uang Rp 50 ribu bagi anak SMP kelas tiga, tentu bukan jumlah kecil. Apalagi, Bunga bukan tergolong anak yang kaya. Sehingga uang segitu bisa membutakan rasionya. Akhirnya, Bunga pun mau mengantar bapak itu. Tapi anehnya, bukan bapak itu yang dibonceng, malah Bunga yang duduk di belakang.
Keanehan makin terlihat saat di tengah perjalanan menuju jalan yang dicari, si bapak menghentikan motor.
"Neng, lu tunggu dulu di sini, ya. Ini duit Rp 50 ribunya. Entar bapak balik lagi ke sini!" pesan si Bapak sambil nurunin Bunga di sebuah jalan yang agak sepi. Bunga rela aja diturunin di situ. Karena sebelumnya si Bapak itu cerita, sebenarnya dia pengen nemuin anaknya yang lagi marah sama dia. Nah, niatnya nemuian anaknya itu cuma sebentar. Kalo enggak diterima dan diusir, si bapak akan segera pergi. Tentu saja, agar bisa berlari cepat, butuh motor ini. Bunga enggak boleh ikut, takutnya nanti malah kena sasaran amarah anak si bapak. Tanpa curiga, Bunga pun merelakan si Bapak pergi dengan motor. Bunga pun termenung menunggu motor dan si bapak sampai sore menjelang. Sampai-sampai, hari itu ia tak bisa pergi sekolah. Meski di kantongnya ada uang Rp 50 ribu.

Guys... better ati-ati yaks, buat kamu, yang punya adik, ponakan atau siapapun. Kalo bawa motor sendiri, tolong diingatkan. Jangan mau nyerahin motor, meski diiming-imingi duit gede sekalipun. Karena ini metode penipuan yang baru. Bukan metode hipnotis, tapi mainin psikologi aja. Kadang kita juga enggak ngeh kalo lagi ditipu. Karena biasanya si penipu melakukan pendekatan nilai-nilai sosial. Misal memanfaatkan perempuan, aspek tolong menolong dan lainnya. Artinya, kita dibuat benar-benar enggak curiga. Sebaiknya sih, kalo belom cukup umur, jangan bawa motor. Banyk bahayanya, ketimbang untungnya. Bunga adalah contoh kongkretnya. Ini true story yang gue ceritain lagi. Moga-moga bermanfaat.